Sunday, January 31, 2016

Estetika kamera poket.

Kita sama-sama sudah tahu jenis kamera film. Dari segi pemakaian dan fiturnya kita kenal kamera SLR, rangefinder, dan PnS alias point and shoot atau kamera poket. Dalam artikel kali ini saya ingin sedikit membahas tentang kamera poket dan pengalaman saya menggunakannya.
Awal menggunakan kamera film, saya menggunakan kamera poket Fujica M1. Pengaturannya sangat terbatas, cuma ada 2 pilihan aperture, “cerah” dan “mendung” (dan “flash” yang sebenarnya sama dengan “mendung”). Speednya tetap, fokusnya juga tetap alias fix. Jadi jangan heran, ada M1 yg cuma bisa mengambil foto jarak jauh (infinity) ada juga yg cuma bisa jarak dekat.
Fujica M1
Fujica M1
Fujica M1

Setelah Fujica M1, saya sempat menggunakan Olympus Mju-I, Olympus Mju-II, Olympus LT-1, Canon AF35ML, Yashica T4, Nikon L35AF, dll.
Nikon L35AF
Canon AF35ML
Olympus LT-1
Olympus Mju-I
Olympus Mju-II
Yashica T4
Dan beberapa kali saya juga mencoba kamera poket yang tidak punya nama, at least sangat jarang kita dengar.
Panasonic PnS 
Legend PnS
Fuji Q-cam 
Fujica Flash
Konica MG-D
Minolta AF-S
Sampung PnS

Terkini saya sering menggunakan Minolta Riva zoom 70W dan riva zoom 75W.
Minolta riva zoom 70w

Minolta riva zoom 70w

Minolta riva zoom 75w

Minolta riva zoom 75w


Fitur kamera poket yg otomatis, kadang sangat terbatas, di satu sisi membatasi kita untuk berbuat banyak dalam teknis foto, seperti:
– mendapatkan bokeh yg aduhai (kebanyakan kamera poket aperturenya kecil)
– close focusing (kamera poket biasanya close focusnya 0.7-0.8m)
– merubah iso dalam 1 roll (kamera poket biasanya otomatis membaca DX code canister)
– penampilan (ini relatif sih, tapi biasanya SLR/RF lebih sering jadi property foto dan keliatan lebih wah)
Biar adil, mari kita lihat apa kelebihan dari kamera poket:
– enteng (namanya juga kamera poket, ringan dan praktis)
– murah (ini juga relatif, tapi kebanyakan poket emang murah dan kita gak perlu mikirin beli lensa ini itu lagi)
– sunyi (buat yg moto street, faktor ini penting. Di keramaian, kamera poket tidak mencolok, tanpa suara CEKLAK dan gampang disembunyikan)
– cepat (ini juga penting di foto street, cukup bidik dan tekan shutter tanpa muter-muter fokus, lebih cepat nangkap momen)
Conclusion alias kesimpulan: Setiap kamera punya kelebihan dan kekurangan. Yang bisa memaksimalkan kelebihan dan mensiasati kekurangannya adalah si pengguna. Fotografi film itu indah dan menyenangkan, apapun kameranya, kreatifitaslah yg utama.
Salam!

....artikel ini juga bisa Anda baca di bandunganalog.wordpress.com/2016/01/31/estetika-kamera-poket/

Friday, January 15, 2016

AF adalah tuhan? Sepotong kisah dari Makassar.

Saya pernah membaca dan mendengar frasa "kamera otomatis membuat kita lebih fokus ke momen". Bila sebelumnya saya sangat mengidolakan kamera full kontrol manual, belakangan frasa diatas makin saya rasakan benarnya.
Tahun lalu saat mudik ke Makassar saya membawa anak, istri dan 4 buah kamera analog. Mereka adalah Leica IIIf, Canon VL2, Fujica GS645S dan Minolta Riva Zoom 70W. Tiga yang disebut di awal adalah kamera full mekanik, rangefinder, pengaturan manual, fokus manual. Sedangkan Riva zoom adalah kamera poket point and shoot, otomatis, auto focus.
Dari semua roll yang saya habiskan selama di Makassar, kebanyakan adalah hasil dari riva zoom. Dan kebanyakan adalah foto keluarga, sahabat dan rumah. Semua hal yang personal dan begitu saya rindukan selama tidak berada di Makassar.
Fitur otomatis dan AF dari kamera ini sangat membantu saya lebih menikmati momen kebersamaan bersama keluarga, merasakan memori-memori dahulu yang hinggap dan membekas. Kontras ketika menggunakan kamera full manual yang menghasruskan saya mengukur cahaya, mencocokkan settingan di kamera dan fokus secara manual. Mungkin karena kamera saya yang rangefinder buram ataukah saya yang belum mampu menyesuaikan diri dengan kontrol total itu. Tapi yang pasti saya sangat menikmati menggunakan kamera point and shoot full otomatis. Hmm...mungkin bukan "menikmati menggunakan" yah, tapi "sangat membantu dalam menangkap momen".






Kamera adalah perpanjangan mata, kadang mata ingin berlama-lama memandang, kadang ingin melihat sekejap saja. Fitur AF bukanlah tuhan, karena saya masih menggunakan kamera full manual dan menyukainya (dan masih mendambakan punya Leica M2).

Salam!