Friday, January 15, 2016

AF adalah tuhan? Sepotong kisah dari Makassar.

Saya pernah membaca dan mendengar frasa "kamera otomatis membuat kita lebih fokus ke momen". Bila sebelumnya saya sangat mengidolakan kamera full kontrol manual, belakangan frasa diatas makin saya rasakan benarnya.
Tahun lalu saat mudik ke Makassar saya membawa anak, istri dan 4 buah kamera analog. Mereka adalah Leica IIIf, Canon VL2, Fujica GS645S dan Minolta Riva Zoom 70W. Tiga yang disebut di awal adalah kamera full mekanik, rangefinder, pengaturan manual, fokus manual. Sedangkan Riva zoom adalah kamera poket point and shoot, otomatis, auto focus.
Dari semua roll yang saya habiskan selama di Makassar, kebanyakan adalah hasil dari riva zoom. Dan kebanyakan adalah foto keluarga, sahabat dan rumah. Semua hal yang personal dan begitu saya rindukan selama tidak berada di Makassar.
Fitur otomatis dan AF dari kamera ini sangat membantu saya lebih menikmati momen kebersamaan bersama keluarga, merasakan memori-memori dahulu yang hinggap dan membekas. Kontras ketika menggunakan kamera full manual yang menghasruskan saya mengukur cahaya, mencocokkan settingan di kamera dan fokus secara manual. Mungkin karena kamera saya yang rangefinder buram ataukah saya yang belum mampu menyesuaikan diri dengan kontrol total itu. Tapi yang pasti saya sangat menikmati menggunakan kamera point and shoot full otomatis. Hmm...mungkin bukan "menikmati menggunakan" yah, tapi "sangat membantu dalam menangkap momen".






Kamera adalah perpanjangan mata, kadang mata ingin berlama-lama memandang, kadang ingin melihat sekejap saja. Fitur AF bukanlah tuhan, karena saya masih menggunakan kamera full manual dan menyukainya (dan masih mendambakan punya Leica M2).

Salam!

No comments:

Post a Comment